Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya | Oleh Menteri Pendidikan

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya | Pidato H.E. Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya

Pidato Inspiratif H.E. Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed – Membangun Pendidikan yang Toleran dan Inklusif

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya oleh KEMDIKDASMEN
Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang digelar oleh KEMDIKDASMEN – Kemdikbudristek.

Makna Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam Pendidikan

Literasi keagamaan lintas budaya menjadi salah satu agenda penting dalam membangun masyarakat Indonesia yang damai dan berkeadaban. Dalam konteks globalisasi dan keberagaman budaya, literasi keagamaan tidak hanya tentang memahami ajaran agama sendiri, tetapi juga menghargai keyakinan dan tradisi orang lain. Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) menegaskan pentingnya peran pendidikan sebagai fondasi harmoni sosial dan perdamaian dunia.

Pesan Kunci dari H.E. Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed

Dalam pidatonya, H.E. Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed menekankan bahwa literasi keagamaan lintas budaya bukan hanya kemampuan membaca dan memahami teks keagamaan, tetapi juga keterampilan untuk berdialog, bekerja sama, dan hidup berdampingan dalam perbedaan. Ia menyebut bahwa pendidikan harus menjadi ruang yang memupuk empati dan saling menghormati antar umat beragama.

Beliau menegaskan, “Pendidikan seharusnya menjadi jembatan bagi anak-anak kita untuk memahami bahwa perbedaan bukan ancaman, tetapi kekayaan yang harus dijaga bersama.” Dalam semangat inilah, Konferensi Internasional ini menjadi wadah bertemunya para pendidik, tokoh agama, peneliti, dan pelajar dari berbagai negara untuk bertukar pengalaman tentang praktik baik pendidikan lintas iman.

Kolaborasi Global dan Nilai-Nilai Pancasila

Konferensi ini melibatkan berbagai lembaga internasional seperti UNESCO, UNICEF, serta mitra pendidikan dari Asia dan Eropa. Semua peserta sepakat bahwa penguatan literasi keagamaan lintas budaya sangat relevan dengan nilai-nilai dasar Pancasila, terutama sila pertama dan ketiga, yang menekankan pentingnya ketuhanan dan persatuan dalam keberagaman.

Bapak Abdul Mu’ti menekankan bahwa Indonesia dapat menjadi contoh dunia dalam mempraktikkan toleransi berbasis nilai Pancasila. Menurut beliau, model pendidikan karakter di Indonesia yang memadukan nilai agama, budaya, dan nasionalisme adalah kunci dalam membangun masyarakat yang beradab.

Transformasi Pendidikan Menuju Dunia yang Inklusif

Dalam era digital yang serba cepat, literasi keagamaan lintas budaya juga harus berkembang mengikuti zaman. Pemerintah berkomitmen menghadirkan kurikulum dan pembelajaran yang lebih kontekstual, interaktif, dan berbasis pengalaman. Penggunaan media digital untuk menumbuhkan pemahaman antaragama menjadi inovasi yang tengah dikembangkan di sekolah-sekolah Indonesia.

Abdul Mu’ti juga menekankan pentingnya peran guru sebagai fasilitator dialog lintas iman di sekolah. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga teladan dalam bersikap terbuka, objektif, dan menghargai perbedaan. Dengan pendekatan tersebut, sekolah menjadi ruang aman bagi peserta didik untuk belajar keberagaman dengan cara yang positif dan membangun.

Harapan untuk Generasi Muda Indonesia

Dalam penutup pidatonya, Prof. Abdul Mu’ti menyampaikan harapannya agar generasi muda Indonesia mampu menjadi duta perdamaian dan toleransi di tingkat global. Ia percaya bahwa dengan literasi keagamaan lintas budaya yang kuat, anak-anak Indonesia akan tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter, bijak, dan berwawasan luas.

Konferensi ini juga menyoroti praktik baik dari berbagai sekolah yang telah menerapkan program pendidikan lintas agama dan budaya. Misalnya, kolaborasi proyek sosial antar siswa dari latar belakang agama berbeda, kegiatan kunjungan lintas rumah ibadah, dan diskusi reflektif tentang nilai kemanusiaan universal.

Kesimpulan

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya bukan hanya sekadar forum akademik, tetapi juga gerakan moral untuk memperkuat fondasi kemanusiaan dalam dunia pendidikan. Melalui dukungan penuh dari Kemdikbudristek dan inspirasi dari tokoh-tokoh pendidikan seperti Prof. Abdul Mu’ti, diharapkan Indonesia semakin siap menjadi pusat pembelajaran global tentang harmoni dan toleransi antar umat beragama.

Cuplikan video dari Channel Resmi KEMDIKDASMEN Kemdikbudristek.
Artikel Pendidikan – Ditulis oleh Dicksy Citra Kharismaya
© Yosinauwae. Semua hak dilindungi.

Post a Comment for "Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya | Oleh Menteri Pendidikan"