Memperingati Hari Guru Nasional 2025 | Guru Hebat Indonesia Kuat

Memperingati Hari Guru Nasional 2025 | Guru Hebat Indonesia Kuat

Memperingati Hari Guru Nasional 2025

Guru Hebat, Indonesia Kuat – Menjaga Marwah Guru dari Masa ke Masa

Ilustrasi Hari Guru Nasional 2025
Ilustrasi Guru Pada masa kolonial.

Sejarah Guru Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Profesi guru di Indonesia memiliki sejarah panjang yang melekat erat pada perjalanan bangsa. Pada masa sebelum kemerdekaan, peran guru tidak hanya sebatas mengajar di ruang kelas, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial. Pada periode kolonial, guru dikenal sebagai kaum terpelajar yang mampu menanamkan kesadaran nasionalisme di tengah keterbatasan pendidikan formal yang diregulasi ketat oleh pemerintah Hindia Belanda.

Banyak sekolah pribumi berdiri atas inisiatif masyarakat, tokoh agama, dan kalangan pergerakan nasional. Guru berperan sebagai penyebar ide kemerdekaan melalui bentuk pendidikan moral, kebudayaan, dan literasi. Dalam catatan sejarah, guru-guru Sarekat Islam, Taman Siswa, Muhammadiyah, dan organisasi pendidikan lainnya menjadi bagian penting dalam menyemai semangat kebangsaan di tengah penindasan kolonial.

Pada fase ini guru tidak digaji besar, bahkan banyak yang bekerja secara sukarela demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Semangat ini yang kelak menjadi fondasi kuat nilai perjuangan profesi guru Indonesia di era modern.

Perkembangan Profesi Guru Sejak Kemerdekaan Hingga Saat Ini

Setelah Indonesia merdeka, profesi guru semakin terstruktur melalui regulasi negara. Pemerintah mulai merumuskan kurikulum nasional, sistem sertifikasi, dan penguatan kompetensi pedagogik. Guru menjadi bagian dari arsitektur pembangunan nasional, terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Pada dekade 1980–1990, pembangunan sekolah, perluasan akses pendidikan, hingga era Wajib Belajar 9 Tahun semakin mempertegas bahwa guru adalah pilar strategis. Memasuki era digital, profesi guru menghadapi tantangan baru: transformasi teknologi, media sosial, serta intensitas komunikasi yang semakin terbuka antara sekolah, peserta didik, dan orang tua.

Hari ini, guru tidak cukup hanya menguasai materi pelajaran, tetapi juga dituntut memahami psikologi perkembangan anak, literasi digital, manajemen kelas modern, serta etika komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam lingkungan pendidikan.

Polemik Tindakan Orang Tua yang Melaporkan Guru

Fenomena orang tua yang melaporkan guru kepada pihak berwenang semakin sering muncul dalam beberapa tahun terakhir. Banyak di antaranya bermula dari kesalahpahaman terhadap tata tertib sekolah, ketidaksiapan orang tua menerima aturan disiplin, atau terpancing provokasi dari media sosial.

Banyak kasus menunjukkan bahwa ketika anak melakukan pelanggaran, sebagian orang tua cenderung membela tanpa pertimbangan objektif. Alhasil guru yang menjalankan tugas profesional justru berada dalam posisi terintimidasi. Padahal, setiap tindakan disiplin di sekolah umumnya berlandaskan aturan yang telah disepakati bersama melalui tata tertib, peraturan akademik, dan kebijakan lembaga.

Perubahan paradigma ini kontras dengan pengalaman sebagian besar guru yang dahulu, termasuk pengalaman penulis, di mana orang tua sangat mempercayai guru. Jika anak berbuat salah, teguran guru dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter, bukan sebagai ancaman atau tindakan merugikan.

Faktor Pendorong Meningkatnya Konflik Guru–Orang Tua

  • Paparan media sosial yang kerap menggiring opini tanpa konteks lengkap.
  • Menurunnya tingkat kepercayaan sebagian orang tua terhadap institusi pendidikan.
  • Pola komunikasi impulsif akibat budaya digital yang serba cepat dan instan.
  • Lemahnya literasi regulasi sekolah sehingga orang tua tidak memahami batas kewenangan guru.
  • Distorsi informasi akibat video viral yang sering kali tidak mencerminkan kejadian sebenarnya.

Literasi Kewenangan dan Hak Perlindungan Guru

Guru memiliki kedudukan sebagai tenaga profesional yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini menegaskan bahwa guru berhak mendapat perlindungan hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan kerja.

Dalam Pasal 39, dijelaskan bahwa guru berwenang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sesuai norma agama, etika, dan peraturan pendidikan. Artinya, tindakan disiplin yang proporsional dan edukatif merupakan bagian dari kewenangan guru, bukan pelanggaran.

Namun di lapangan, guru kerap menghadapi intimidasi, ancaman hukum, bahkan kekerasan verbal dari orang tua. Di titik inilah perlindungan profesi guru harus diperkuat melalui pemahaman bersama, pendampingan sekolah, dan literasi regulasi yang jelas.

Makna Guru dalam Falsafah Ki Hajar Dewantara

Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi dasar etika profesi guru Indonesia:

Ilustrasi Hari Guru Nasional 2025
Raden Mas Soewardi Soerjadiningrat atau dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara "Aktivis dan mantan Menteri Pengajaran Republik Indonesia" Pendiri Perguruan Taman Siswa Lembaga Pendidikan pertama di Indonesia.
  • Ing ngarso sung tuladha: Di depan, guru memberi teladan.
  • Ing madya mangun karsa: Di tengah, guru membangun semangat.
  • Tut wuri handayani: Di belakang, guru memberi dorongan.

Makna filosofi ini jauh lebih dalam dari sekadar slogan; ia adalah pedoman moral dan etika profesional guru sepanjang masa. Guru berada di garda depan pembentukan karakter peserta didik, bukan sekadar instruktur akademik.

Pelajaran dari Jepang: Mencari Guru Setelah Tragedi Bom Atom

Setelah tragedi bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, pertanyaan pertama Kaisar Hirohito adalah: “Berapa banyak guru yang tersisa?”. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan penegasan bahwa untuk membangun kembali sebuah bangsa, yang paling penting adalah guru.

Ilustrasi Hari Guru Nasional 2025
\ Hirohito (裕仁, 29 April 1901 – 7 Januari 1989), secara anumerta dihormati sebagai Kaisar Shōwa (昭和天皇, Shōwa Tennō),[a] adalah kaisar Jepang ke-124, yang memerintah dari tahun 1926.

Pesan sejarah ini seharusnya menjadi cermin bagi orang tua masa kini. Tanpa guru, tidak ada profesi lain yang dapat lahir. Dokter, polisi, tentara, ulama, insinyur, semuanya melalui tangan guru.

Refleksi Penulis: Perubahan Pandangan Orang Tua

Penulis sebagai guru merasakan perubahan besar dalam pola hubungan sekolah dan orang tua. Dahulu, orang tua menempatkan guru sebagai figur yang dihormati. Jika anak melakukan kesalahan, justru orang tua yang memperkuat apa yang guru sampaikan, bahkan menegur anak di rumah.

Namun kini, sebagian orang tua justru mempertanyakan, menyudutkan, bahkan mengintimidasi guru atas dasar informasi sepihak. Sebagian lainnya terjebak dalam pusaran opini media sosial yang sering kali hanya menampilkan potongan kecil dari realitas sebenarnya.

Keadaan ini menunjukkan pentingnya literasi digital keluarga, pendampingan orang tua yang proporsional, serta penekanan bahwa pendidikan terbaik adalah kolaborasi harmonis antara guru dan orang tua.

Tema Hari Guru Nasional 2025: Guru Hebat, Indonesia Kuat

Tema ini mengandung pesan bahwa kualitas guru adalah penentu kekuatan bangsa. Guru yang berwawasan, bijaksana, berintegritas, dan profesional akan menghasilkan generasi kuat secara moral, intelektual, dan emosional.

Ilustrasi Hari Guru Nasional 2025
Doc.https://setneg.go.id/baca/index/presiden_prabowo_targetkan_seluruh_anak_dapat_akses_makan_bergizi_gratis_pada_akhir_2025.

Namun untuk mewujudkannya, guru membutuhkan dukungan: regulasi yang kuat, lingkungan kerja yang aman, serta kepercayaan orang tua dan masyarakat. Menghormati guru adalah langkah awal memperkuat pendidikan nasional.

Kesimpulan

Hari Guru Nasional 2025 bukan sekadar seremonial, tetapi momen refleksi mendalam tentang perjalanan profesi guru dari masa sebelum kemerdekaan hingga era digital saat ini. Guru tetap menjadi pilar utama pendidikan, meski menghadapi tantangan baru berupa konflik sosial, miskomunikasi, dan tekanan media digital.

Dengan semangat “Guru Hebat, Indonesia Kuat”, mari menegaskan kembali pentingnya sinergi antara guru, orang tua, dan masyarakat agar pendidikan Indonesia bergerak selaras dengan realitas dan tantangan zaman.

FAQ – Pertanyaan Umum tentang Hari Guru Nasional

1. Kapan Hari Guru Nasional diperingati?
Setiap tanggal 25 November, bertepatan dengan hari lahir PGRI.

2. Mengapa Hari Guru Nasional penting?
Karena guru merupakan fondasi utama pembangunan bangsa melalui pendidikan.

3. Apakah guru memiliki perlindungan hukum?
Ya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 memberikan perlindungan profesi dan perlindungan hukum bagi guru.

4. Mengapa konflik antara orang tua dan guru meningkat?
Salah satunya karena maraknya paparan media sosial, rendahnya literasi aturan sekolah, dan komunikasi impulsif.

5. Apa yang dapat dilakukan orang tua?
Membangun dialog sehat dengan guru, memahami aturan sekolah, dan melakukan pendampingan informasi digital kepada anak.

Artikel Pendidikan – Ditulis oleh Dicksy Citra Kharismaya
© Yosinauwae. Semua hak dilindungi.

Post a Comment for "Memperingati Hari Guru Nasional 2025 | Guru Hebat Indonesia Kuat"

Pojok Baca

IPAS

Youtube

Facebook